Kamis, 19 Juni 2014

Jurnalistik Feature Human Interest

Nama: Andri Riantoro Catur Utomo
Nim  : A 310110056
Mata Kuliah: Jurnalisitik
Feature Human Interest

Lika-liku Perjalanan Hidup Ngatimin dan Tiyah Di Usia Yang Sudah Rentan
       Pak Ngatimin berasal dari Sragen, kecamatan Sambungmacan, Desa Karanganyar, beliau sudah berkeluarga dan dikaruniai 5 orang anak. Pak Ngatimin berkerja sebagai pemulung sudah lama, sebelum beliau mempunyai istri dan pekerjaan tersebut masih dijalani beliau diusia yang sudah rentan yaitu 63 tahun. Istri beliau bernama Tiyah yang berkerja sebagai penjual sapu lidi keliling. Setiap pagi Ibu Tiyah menjajakan sapu lidinya berkeliling desa ke desa dengan sepeda ontel yang sudah tua, dengan usia Ibu tiyah yang sudah tua ia berkeliling desa hingga jarak 8 kilometer setiap hari demi menghidupi anak-anaknya yang sedang dirumah menantinya. Anak-anak mereka bisa dikatakan sudah besar-besar semua, akan tetapi sungguh disayangkan ketiga buah hati mereka tidak dapat berfikir normal seperti anak-anak yang semestinya. Ketiga anak mereka mengalami gangguan mental. Salah satu anak mereka bernama Ira, Ira tidak bisa berbicara alias bisu, dan gangguan mental sejak ia masih balita. Sedangkan, teguh adalah anak terakhir dia juga mengalami gangguan mental karena dia tidak lulus sekolah pada jenjang SMA, teguh mengalami gangguan mental karena tidak sanggup menghadapi kenyataan yang dialami. Saat ini Teguh tidak menampakan diri dilingkungan masyarakat dan berdiam diri dirumah. Kadangkala dia suka berontak dan teriak didalam rumah.
       Selanjutnya anak pertama Ibu tiyah adalah Purwanti, Purwanti sudah berumur 36 tahun, ia sudah pernah menikah dan gagal alias bercerai, setelah bercerai Purwanti pun pergi merantau ke Malaysia untuk membiayai anak semata wayangnya yang tidak di nafkahi oleh bapaknya. Purwanti pergi ke Malaysia hanya 2 tahun setelah itu ia pulang ke Indonesia karena merasa tidak nyaman. Sepulang dari Malaysia ia tidak membawa uang terlalu banyak. Sekisar satu bulan dirumah Purwanti berkenalan dengan sorang pria yang bernama Agus. Mereka berdua kemudian ijab sirih, beberapa bulan kemudia Agus pergi dari kehidupan Purwanti dengan membawa uang, perhiasan dan sepeda motor yang telah dibelinya sepulang dari Malaysia. Setelah kepergian Agus, Purwanti pun sering terlihat melamun sendirian, dan Purwanti pun tak sanggup menahan rasa malu dan rasa kecewa ia pun mulai terganggu mentalnya dan tidak mau mandi, serta berdiam diri dirumah.
       Kisah tragis keadaan keluarga Ngatimin dan Tiyah pun terus berlanjut. Karena melihat anaknya mempunyai gangguan mental, Tiyah pun terus berusaha mencari uang hingga mati-matian. Hingga, kesehatannya tidak dihiraukan dan akhirnya pun Tiyah terserang Stroke ringan yang membuat kaki Kanannya tidak bisa digerakan. Karena terlalu memikirkan keadaan anaknya yang seperti itu dan harus berkerja di usianya yang sudah rentan. Sungguh memilukan di usia mereka yang seharusnya mendapat ketenangan batin dan lahir, harus masih berjuang untuk menghadapi kehidupan yang begitu lika-liku. Dengan perjuangan mereka demi memberikan sesuap nasi dan lauk bagi anak-anaknya mereka melupakan kondisi fisik mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar