Nama:
Andri Riantoro Catur Utomo
Nim : A 310110056
Mata
Kuliah: Jurnalisitik
Feature
Human Interest
Lika-liku Perjalanan Hidup Ngatimin dan Tiyah Di Usia Yang Sudah
Rentan
Pak Ngatimin berasal dari Sragen,
kecamatan Sambungmacan, Desa Karanganyar, beliau sudah berkeluarga dan
dikaruniai 5 orang anak. Pak Ngatimin berkerja sebagai pemulung sudah lama,
sebelum beliau mempunyai istri dan pekerjaan tersebut masih dijalani beliau
diusia yang sudah rentan yaitu 63 tahun. Istri beliau bernama Tiyah yang
berkerja sebagai penjual sapu lidi keliling. Setiap pagi Ibu Tiyah menjajakan
sapu lidinya berkeliling desa ke desa dengan sepeda ontel yang sudah tua,
dengan usia Ibu tiyah yang sudah tua ia berkeliling desa hingga jarak 8
kilometer setiap hari demi menghidupi anak-anaknya yang sedang dirumah
menantinya. Anak-anak mereka bisa dikatakan sudah besar-besar semua, akan
tetapi sungguh disayangkan ketiga buah hati mereka tidak dapat berfikir normal
seperti anak-anak yang semestinya. Ketiga anak mereka mengalami gangguan
mental. Salah satu anak mereka bernama Ira, Ira tidak bisa berbicara alias
bisu, dan gangguan mental sejak ia masih balita. Sedangkan, teguh adalah anak
terakhir dia juga mengalami gangguan mental karena dia tidak lulus sekolah pada
jenjang SMA, teguh mengalami gangguan mental karena tidak sanggup menghadapi
kenyataan yang dialami. Saat ini Teguh tidak menampakan diri dilingkungan
masyarakat dan berdiam diri dirumah. Kadangkala dia suka berontak dan teriak
didalam rumah.
Selanjutnya anak pertama Ibu tiyah adalah
Purwanti, Purwanti sudah berumur 36 tahun, ia sudah pernah menikah dan gagal
alias bercerai, setelah bercerai Purwanti pun pergi merantau ke Malaysia untuk
membiayai anak semata wayangnya yang tidak di nafkahi oleh bapaknya. Purwanti
pergi ke Malaysia hanya 2 tahun setelah itu ia pulang ke Indonesia karena
merasa tidak nyaman. Sepulang dari Malaysia ia tidak membawa uang terlalu
banyak. Sekisar satu bulan dirumah Purwanti berkenalan dengan sorang pria yang
bernama Agus. Mereka berdua kemudian ijab sirih, beberapa bulan kemudia Agus
pergi dari kehidupan Purwanti dengan membawa uang, perhiasan dan sepeda motor
yang telah dibelinya sepulang dari Malaysia. Setelah kepergian Agus, Purwanti
pun sering terlihat melamun sendirian, dan Purwanti pun tak sanggup menahan
rasa malu dan rasa kecewa ia pun mulai terganggu mentalnya dan tidak mau mandi,
serta berdiam diri dirumah.
Kisah tragis keadaan keluarga Ngatimin
dan Tiyah pun terus berlanjut. Karena melihat anaknya mempunyai gangguan
mental, Tiyah pun terus berusaha mencari uang hingga mati-matian. Hingga,
kesehatannya tidak dihiraukan dan akhirnya pun Tiyah terserang Stroke ringan
yang membuat kaki Kanannya tidak bisa digerakan. Karena terlalu memikirkan
keadaan anaknya yang seperti itu dan harus berkerja di usianya yang sudah
rentan. Sungguh memilukan di usia mereka yang seharusnya mendapat ketenangan
batin dan lahir, harus masih berjuang untuk menghadapi kehidupan yang begitu
lika-liku. Dengan perjuangan mereka demi memberikan sesuap nasi dan lauk bagi
anak-anaknya mereka melupakan kondisi fisik mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar