Kamis, 10 Juli 2014

Jurnalistik wawancara



Nama          : Andri Riantoro Catur Utomo

Nim             : A 310110056

Mata Kuliah: Jurnalistik

      
       Wawancara terkait dengan pencalonan DPRD SRAGEN oleh Pak Totok Ariwibowo. Calon DPRD dari partai Gerindra ini, merupakan pencalonan perdana Pak Totok Ariwibowo. Beliau tinggal di Maron, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen. Pencalonan beliau di Dapil V, yaitu kecamatan Sambung Macan, Gondang, dan Sambirejo.

Saya: selamat siang Pak?
Totok: iya selamat siang Mas.
Saya: bagaimana Pak kabarnya, mengingat pemilihan Calon DPRD semakin dekat?
Totok: Ya biasa Mas, sibuk datang ketempat tokoh-tokoh di desa-desa untuk meminta dukungan dan mohon doa restu (sambil tersenyum)
Saya: oh gitu ya Pak, pak bukannya ini pencalonan pertama kali yang dilakukan bapak? Apakah bapak tidak gentar mengingat lawan bapak banyak yang sudah berpengalaman seperti Pak Suwoto, Pak Agus Fahturachman?
Totok: Tidak sama sekali Mas, kenapa juga harus gentar, saya malah merasa tertantang kalau melihat lawan saya adalah tokoh-tokoh yang sudah kuat,..(dengan suara yang tegas)
Saya: oh gitu, lha motivasi bapak apa yang membuat bapak merasa tertantang dan visi misi bapak dalam pencalonan ini?
Totok: motivasi saya, sederhana Mas, politik ibarat bagi saya seperti permainan bola, belum tentu yang kelihatan kuat ataupun sudah berpengalaman akan menang, bagi saya bagaimana metode atau teknik dalam mencari massa agar dapat memilih saya ( dengan tegas). Terkait visi daan misi saya adalah demi kemajuan desa-desa dan kesehjahteraan rakyat dan membangun desa agar menjadi desa yang maju, tentu tak lupa aspirasi masyarakat akan saya terima dengan senang hati ketika saya jadi anggota DPRD.
Saya: bapak tadi bilang tentang metode dan teknik, teknik dan metode apakabh yang bapak terapkan sekarang demi mendapat massa banyak?
Totok: terkait dengan metode dan teknik saya, yaitu dengan meminta dukungan dari tokoh-tokoh termuka di desa-desa, dan mendatangai karangtaruna di desa-desa dan menyampaikan visi misi saya.
Saya: Selama bapak menyampaikan kampanye bapak di desa-desa ataupun karang taruna sambutan dari meraka bagaimana pak? Senang atau bagaimna?
Totok: Alhamdulillah Mas, (sambil Tersenyum) perhatian dan antusias mereka sangat baik, hal seperti itu mas yang membuat saya menjadi tak gentar walau calon lawan saya berat-berat.
Saya: ok Pak terima kasih atas informasi dari bapak, semoga harapan bapak menjadi calon DPRD menjadi kenyataan dan menjadi calon dari rakyat yang bisa memegang amanah
Totok: iya Mas Amin...Amin (sambil jabat tangan )

Minggu, 22 Juni 2014

Makalah Kesalahan Berbahasa



PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
            Pembelajaran bahasa tidak berlangsung secara mulus. Artinya, pembelajaran bahasa dilaksanakana dengan berbagai kondisi itu dapat terkait dengan peserta didik, guru, dan bahan ajarnya. Terkait dengan peserta didik, pembelajaran bahasa diikuti peserta didik yang beragam kemampuannya dan latar belakang bahasa yang dikuasainya atau bahasa ibunya. Dengan berbagai latarbelakang kemampuan, tentu akan menyebabkan tidak seragam dalam menguasai bahasa yang dipelajarinya. Terkait dengan guru yang beragam akan meyebabkan terjadinya kesalahan berbahasa peserta didik. Guru yang menguasai bahasa yang diajarkan dan yang jelas dalam menyampaikan materinya akan mempermudah peserta didik dalam mempelajari bahasanya.
            Pada analisis kesalahan berbahasa ruang lingkupnya sangat luas. Namun , dari ruang lingkup yang luas itu, pemakaian bahasa dapat dibuat penjenjangan dengan memperhatikan tataran linguistic, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam makalah ini akan membahas tentang kesalahan dibidang morfologi. Analisis kesalahan dibidang morfologi merupakan kegiatan mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi kesalahan pada bidang morfologi. Analisis kesalahan kesalahan berbahasa ini meliputi, antara lain analisis kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan morfem kata, dan semua derivasinya. Dari morvem dan kata yang dimaksud adalah proses penambahan afiks (baik prefix, infiks, sufiks, maupun konfiks atau simulfiks), proses pengulangan atau reduplikasi, dan penggabungan atau komposisi.
Analisis kesalahan dalam bidang morfologi adanya kesalahan penulisan afiks atau imbuhan, kesalahan penulisan kata depan, dan kesalahan karena pleonasme.untuk lebih jelasnya dalam mengulas kesalahan dibidang morfologi akan dijelaskan dibawah ini.

B. Rumusan Masalah
            1. Apa saja kesalahan penulisan afiks atau imbuhan dalam bidang morfologi?
            2. Bagaimana kesalahan penulisan kata depan dalam bidang morfologi?
         3. Bagaimanakah bentuk kesalahan karena pleonasme atau kesalahan penulis dalam bidang morfologi? 
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesalahan penulisan afiks atau imbuhan dalam bidang morfologi.
              2. Guna mengetahui kesalahan penulisan kata depan dalam bidang morfologi.
     3. Untuk mengetahui bentuk kesalahan karena pleonasme atau kesalahan penulis dalam bidang morfologi.

PEMBAHASAN

A.    Kesalahan Penulisan Afiks
            Kesalahan pada daerah morfologi berhubungan dengan tata bentuk tata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan pada bentuk morfologi berhubungan derivasi, diksi, kontaminasi dan pleonasme (Pateda, 1989:53). Kesalahan yang berhubungan dengan derivasi, di antaranya kesalalahan yang terkait afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Kesalahan yang ada kaitannya dengan afiksasi berupa penambahan prefiks, infiks, sufiks, atau simulfiks (konfiks). Berikut ini dibahas pada bidang morfologi secara lebih mendalam.
1.      Kesalahan Perfiks meN-
            Kata dasar yang berfonem awal /p/, /s/, /k/, atau /t/ sering dijumpai tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng- seperti kata mentargetkan. Menurut kaidah bahasa Indonesia fonem itu seharusnya lebur menjadi sengau, yaitu /p/ menjadi /m/, /s/ menjadi /ny/, /k/ menjadi /ng/, dan /t/ menjadi /n/. Sebagian pemakai bahasa mengatakan atau menuliskan bentukan-bentukan itu seperti berikut.
Bentuk salah :
(1)   Pemerintah mentargetkan bangsa Indonesia pada tahun 2015 dapat lepas landas dalam segala segi kehidupan seperti kehidupan: sosial, ekonomi, politik pertahanan, keamanan dan kebudayaan.
(2)   Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham liberal sampai ke akar – akarnya.
(3)   Mereka dituduh mensabot kebijakksanaan pemerintahnya.
(4)   Para pemilik kendaraan diminta memparkir kendaraannya di tempat yang sudah disediakan.
Bentuk benar
(1a) Pemerintah menargetkan bangsa Indonesia pada tahun 2015 dapat lepas landas dalam   segala segi kehidupan seperti kehidupan; sosial, ekonomi, politik, pertahanan, keamanan dan kebudayaan.
(2a) Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham liberal sampai ke akar – akarnya.
(3a) Mereka dituduh menyabot kebijakksanaan pemerintahnya.
(4a) Para pemilik kendaraan diminta memarkir kendaraannya di tempat yang sudah disediakan.

Awalan meng- akan menjadi menge- jika bertemu dengan  kata dasar yang bersuku satu, seperti las, cat, pel, bom, lap, sah, tes, dan cap. Demikian juga, kata dasar itu diberi imbuhan peng- atau peng-..an, akan menjadi penge- dan penge-an. Akan tetapi, yang sering kita temukan adalah bentuk yang tidak mengikuti kaidah itu, seperti mensahkan dan mengecek.
Misalnya:
(5)   Dewan Perwakilan Rakyat sudah mensahkan Undang –Undang Perpajakan.
(6)   Pegawai tata usaha sibuk mencap surat – surat yang akan dikirim ke daerah.
(7)   Setiap hari pembantu kami rajin menlap kaca jendela.

Kata dasar yang berfonem awalan p, s, t, atau k, jika mendapat imbuhan meng- fonem itu akan luluh, masing – masing menjadi m, ny, n atau ng. jadi, kalau tidak mengikuti kaidah di atas, yaitu meng- menjadi menge- dan peng- menjadi penge-, dan peng-…an menjadi penge-…an.
(5a) Kata dasar Dewan Perwakilan Rakyat sudah mengesahkan Undang –Undang Perpajakan.
(6a) Pegawai tata usaha sibuk mengecap surat – surat yang akan dikirim ke daerah.
(7a) Setiap hari pembantu kami rajin mengelap kaca jendela.
Apabila afiks meN- melekat pada dasar yang berlawanan dengan fonem /c/ banyak yang menjadi luluh. Hal ini terlihat seperti bentuk menyolok, menyuci, dan menyukur. Padahal, menurut kaidah fonem ini tidak luluh jika mendapat awalan meN-
Bentuk salah:
(8)   Ibu menyicil pembayaran sepeda motor
(9)   Adik menyuci baju sekolahnya
(10)    Ayah menyukur rambut adik

Bentuk benar:
(8a) Ibu mencicil pembayaran sepeda motor
(9a) Adik mencuci baju sekolahnya
(10a) Ayah mencukur rambut adik
2.      Penulisan Gabungan Perfiks meN- dengan Sufiks –kan
            Bentuk ungkapan memasyarakatkan olagraga dan mengolahragakan masyarakat sepintas lalu tampak tepat dan sedap didengar karena ada unsur rima dan harmonis. Untuk menguji benar atau tidak ungkapan itu, kita dapat membuat bentuk lain sebagai bandingan. Misalnya ialah mengerumahkan karyawan dengan mengaryawankan rumah serta memasyarakatkan ternak dengan menernakkan masyarakat.
            Unsur pembentuk memasyarakatkan adalah pefiks meN- dan sufiks –kan secara bertahap diletakkan pada kata masyarakat; unsur mengolahragakan adalah pefiks meN- dan sufiks –kan yang diletakkan pada olah raga (Arifin dan Farid Hadi, 1991).
Bentuk salah :
(11)                       Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masya-rakat.
                    (12)                       Memasyarakatkan KB dan meng-KB-kan masyarakat
(13)                       Memasyarakatkan komputer dan mengkomputerkan masya-rakat
                                                                                             
Jika imbukan itu menghendaki agar masyarakat berolahraga, bentuk yang benar adalah memperolahragakan masyarakat. Selanjutya, memper-KB-kan dan memperkomputerkan.
Bentuk benar:
(11a) Memasyarakatkan olahraga dan memperolahragakan masya-rakat.
(12a) Memasyarakatkan KB dan memper-KB-kan masyarakat
(13a) Memasyarakatkan komputer dan memperkomputerkan masya-rakat
            Cirri ini dipilih jika kita ingin membolak balikkan dua kata resmi untuk mencapai maksud tertentu. Akan tetapi, itu bukan satu – satunya cara yang dapat dipakai karena masih banyak pengungkapan lain yang lebih baik.
3.      Penulisan Perfiks ter-
Kata – kata yang seharusnya berpefiks ter- sering diberi berfiks ke-. Pada umumnya kesalahan itu terjadi karena kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Pada umumnya kesalahan itu terjadi karena pemakai bahasa terpengaruh oleh struktur bahasa daerah (jawa/sunda). Kata – kata yang dicetak miring di bawah ini sering di jumpai dalam bahasa lisan yang tidak resmi. Akan tetapi, jika dalam bahasa lisan yang resmi, apalagi dalam bahasa tulis yang resmi, pemakaian kata – kata itu jelas tidak tepat.
Bentuk salah:
(14) Kamu jangan ketawa terus
(15) Pengendara sepeda motor itu meninggal karena ketabrak mobil dari arah berlawanan
(16) Pasar itu musnah kebakar tadi malam karena kompor gas meledak
Bentuk benar:
(14a) Kamu jangan tertawa terus
(15a) Pengendara sepeda motor itu meninggal karena tertabrak mobil dari arah berlawanan
(16a) Pasar itu musnah terbakar tadi malam karena kompor gas meledak
4.      Penulisan Gabungan Perfiks di- dengan sufiks –kan
Perhatikanlah contoh (17) hingga (18) berikut ini.
Bentuk salah:
(17) Rumah ini di kontrakkan
(18) Bus Jati mulya meluncurdengan kencang sehingga tabrakan pun tidak bisa di elakan
Bentuk benar:
(17a) Rumah ini dikontrakkan
(18a) Bus Jati mulya meluncurdengan kencang sehingga tabrakan pun tidak bisa dielakan
5.      Penulisan Sufiks –wan
            Pemakai bahasa sering menulis sufiks -wan yang ditambahkan pada kata dasar yang tidak tepat. Misalnya ialah kata rohaniawan sebenarnya berasal dari kata rohani, bukan rohaniah. Di sini seperti pemakai bahasa itu mengacaukan antara kata dasar rohani dan rohaniah. Dikiranya kata dasar adalah rohaniah + wan > rohaniawan. Demikian juga kata ilmiawan. Dikiranya kata dasarnya ilmiah + wan > ilmiawan. Padahal, kedua kata tersebut masing-masing berasal dari rohani + wan > rohaniawan dan ilmu + wan > ilmuwan.
Bentuk salah:
(19)  Untuk membina mental generasi muda diperlukan peranan aktif para rohaniawan.
(20) Para ilmiawan dari berbagai bidang sepakat untuk lebih mendalami bidangnya     masing-masing.
Bentuk benar:
(19a)  Untuk membina mental generasi muda diperlukan peranan aktif para rohaniwan.
(20a) Para ilmuwan dari berbagai bidang sepakat untuk lebih mendalami bidangnya masing-masing.

6.      Penulisan Prefiks ber-
            Jika kata-kata tanpa prefiks ber-, dalam bahasa tulis atau lisan ragam resmi, bentuk kata-kata itu tentu tidak benar. Kata jumpa, kumpul, dan bicara tidak pernah berdiri sendiri. Kata itu hadir bersama dengan prefiks ber- atau bentuk lainnya.
Misalnya:
Bentuk salah:
(21)  Sampai jumpa lagi di ibukota tercinta.
(22)  Ketika saya datang, mereka sudah kumpul di rumah.
(23)  Silahkan saudara bicara dengan terus terang di depan petugas.
Bentuk benar:
(21a) Sampai berjumpa lagi di ibukota tercinta.
(22a) Ketika saya datang, mereka sudah berkumpul di rumah.
(23a) Silahkan saudara berbicara dengan terus terang di depan petugas.

7.      Pemakaian Sufiks -ir
            Pemakaian sufiks -ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia baku akhiran yang tepat untuk pandanan sufiks -ir adalah -asi atau isasi. Jadi, bentuk yang baku dilegalisasi (Belanda) atau dari kata benda legalization (Inggris). Jika kata benda legalisasi ini dijadikan kata kerja ditambah imbuhan me- atau di-, hasilnya menjadi melegalisasi atau dilegalisasi.
Misalnya:
Bentuk salah:
(24) Ijazah Saudara harus dilegalisir dahulu oleh Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Swantara.
(25)  Perbuatan maksiat sebaiknya tidak usah dilokalisir.
(26)  Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu.

            Kata-kata yang dicetak miring memang tampaknya lebih mudah diucapkan atau dituliskan, lebih-lebih bagi pemakai bahasa yang pernah mempelajari bahasa Belanda. Dalam bahasa Indonesia baku, kata-kata tersebut sebagai berikut.
Bentuk benar:
(24a) Ijazah Saudara harus dilegalisasi dahulu oleh Degan Fakultas Ekonomi, Universitas Swantara.
(25a) Perbuatan maksiat sebaiknya tidak usah dilokalisasi.
(26a) Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu.

8.      Pemakaian Sufiks -an
            Sufiks -an yang melekat pada kata kerja mengandung arti, antara lain, ‘hasil’ atau ‘yang di’, seperti tampak pada kata sitaan ‘hasil menyita’ atau ‘uang yang disita’; tulisan ‘hasil menulis atau ditulis’. Kata yang betul adalah anutan, bukan panutan sebab berasal dari kata anut yang mendapat sufiks -an yang berarti ‘hasil menganut’ atau ‘yang dianut’.  
Misalnya:
Bentuk salah:
(27)  Seorang tokoh yang misalnya, sering muncul dalam acara televisi sebagai idola dan panutan masyarakat karena banyak mengajarkan kebajikan tiba-tiba diketahui gantung diri akibat terjerat utang.
Bentuk benar:
(27a) Seorang tokoh yang misalnya, sering muncul dalam acara televisi sebagai idola dan anutan masyarakat karena banyak mengajarkan kebajikan tiba-tiba diketahui gantung diri akibat terjerat utang.

9.      Pemakaian Sufiks -kan
            Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah kata yang berakhiran dengan fonem /k/ seperti kontrak, suntik, dan sebagainya. Kata-kata seperti itu jika diberi akhiran -kan, tentu saja harus memiliki dua /k/, yakni fonem /k/ yang pertama dari dasar dan /k/ yang berasal dari sufiks -kan.
Selain itu, perlu ditekankan di sini bahwa sufiks -kan biasanya berpasangan dengan prefiks meng- atau di- menjadi menge-…-kan atau di-…-kan.
Misalnya:
Bentuk salah:
(28)  Rumah ini akan dikontrakan.
(29)  Kita sebagai karyawan yang baik tidak akan mencampuradukan urusan kantor dan urusan pribadi.
Bentuk benar:
(28a) Rumah ini akan dikontrakkan.
(29a) Kita sebagai karyawan yang baik tidak akan mencampuradukkan urusan kantor dan urusan pribadi.

10.  Pemakaian Sufiks -asi atau -isasi
Pada kata turinisasi, lelenisasi, dan neonisasi merupakan bentuk-bentuk yang menyalahi aturan bahasa kita. Telah disebutkan kalau sufiks -asi atau -isasi digunakan untuk menggantikan sufiks -ir yang berasal dari bahasa asing. Oleh karena itu, akhiran -asi atau -isasi yang digabungkan dengan bahasa Indonesia seperti turi, lele, dan neon bukanlah cara yang tepat.
Misalnya:
Bentuk salah:
(30)  Usaha penanaman turinisasi
(31)  Usaha peternakan lelenisasi
(32)  Usaha pemasangan neonisasi
Bentuk benar:
(30a) Usaha penanaman turi
(31a) Usaha peternakan lele
(32a) Usaha pemasangan neon

11.  Pemakaian Sufiks -nya
Kata tentunya dan karenanya hanya digunakan dalam bahasa lisan atau bahasa cakapan yang tidak resmi. Kata seperti itu mungkin merupakan pengaruh bahasa Jawa tentune dan sebabe atau pengganti bahasa Sunda tangtuna dan sababna.
Dalam bahasa yang baku kita harus menggunakan kata tentu, tanpa sufiks -nya.
Misalnya:
Bentuk salah:
(33)  Saya belum mengetahui secara pasti kekuatan Indonesia, namun tentunya cukup bagus.
(34)  Bekal yang hanya bersifat pengantar seperti ini tentunya tidak dapat dijadikan landasan yang kuat untuk mengadakan penelitian yang mendalam.
Bentuk benar:
(33a) Saya belum mengetahui secara pasti kekuatan Indonesia, namun tentu cukup bagus.
(34a) Bekal yang hanya bersifat pengantar seperti ini tentu tidak dapat dijadikan landasan yang kuat untuk mengadakan penelitian yang mendalam.
12.  Pemakaian Simufiks ke-/-an
Kata yang berfonem akhir /k/ tetap hanya memiliki satu bunyi /k/ jika sufiks yang ditambah kepadanya –an
Bentuk salah
(35) Alasannya, yang penting ada kecocokkan di antara keduanya.
(36) Orang tuanya berkedudukkan sebagai kepala desa di daerahnya.
(37) Supaya masuk surga kita harus melakukan kebaikkan.
(38) Pekerjaan ini merupakan tugas Dinas kependidikkan.
Bentuk benar
(35a)Aalasannya, yang penting ada kecocokan di antara keduanya.
(36a) Orang tuanya berkedudukan sebagai kepala desa di daerahnya.
(37a) Supaya masuk surga kita harus melakukan kebaikan.
(38a) Pekerjaan ini merupakan tugas Dinas kependidikan.
13.  Pemakaian Simufiks per-/-an
Kata perorangan dibentuk dari kata orang dan per-/-an. Maka yang dikandung per-/-an adalah ‘hal buku’, persawahan bermakna ‘kumpulan sawah’. Jika beranalogi pada perbukuan atau persawahan, makna yang terkandung pada perorangan adalah ‘hal orang’ atau ‘kumpulan orang’. Kedua makna itu tidak cocok dengan apa yang dimaksud oleh konteks pada kalimat mengandung kata perorangan di atas. Perorangan dimaksudnya penulisnya adalah ‘hal seorang’, lawan kelompok atau lawan golongan’, atau otrang’.(Arifin dan Farid Hadi,1991).
Misalnya:
Bentuk salah
(39) Olahraga ini dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, baik di rumah – rumah, lapangan, maupun di halaman – halaman kantor
(40) Mahasiswa itu menjadi juara 1 bulu tangkis kategori perorangan.
(41) Olahraga lari iti dilaksanakan secara perorangan,bukan kelompok.
Bentuk benar
(39a) Olahraga ini dilaksanakan secara perseorangan atau kelompok, baik di rumah – rumah, lapangan, maupun di halaman – halaman kantor
(40a) Mahasiswa itu menjadi juara 1 bulu tangkis kategori perorangan.
(41a) Olahraga lari iti dilaksanakan secara perorangan,bukan kelompok.
14.  Pemakaian Simulfiks peng-/-an
Simulfiks peng-/-an mengandung makna ‘proses’, peng-/-an dalam penghabisan berarti ‘proses menghabiskan’, penanaman berarti ‘proses menanamkan’ penarikan berarti ‘proses menarik’. Makna yang dikandung penghabisan dalam konteks kalimat berikut tidak tepat. Menurut konteks kalimat ini, yang dimaksudkan adalah kondisi habis atau kehabisan. Dengan begini kata kerja kehabisan akan berkolerasi dengan kata benda yang berafiks peng-/-an, menjadi penghabisan(Arifin dan Farid Hadi,1991)
Misalnya:
Bentuk salah
(42) Sampai kapan pun aku akan tetap berusaha sampai titik darah pengabisan
Bentuk benar
(42a) Sampai kapan pun aku akan tetap berusaha sampai titik darah penghabisan
15.  Pemakaian Gabungan Perfiks meng- dengan sufiks –i
Kata bentukan membawahi sejajar betuk dengan kata mengatasi. Masing – masing terdiri atas morfem meng + awal + bawah + atas + i. kata bawah sekategori dengan kata atas, semuanya tergolong nomina. Karena kelas katanya sama – sama nomina dan imbuhan yang melekatnya pun sama – sama meng-/-i, arti yang terkandung oleh imbuhan itu seharusnya sama.
Misalnya:
Bentuk salah
(43) Seorang direktur jendral membawahi lima orang direktur
(44) Lima orang direktur mengatasi direktur jendral
(45) Seorang direktur jendral mengataskan lima orang direktur
Bentuk benar:

(43a) Seorang direktur jendral membawahkan lima orang direktur
(44a) Lima orang direktur mengataskan seorang direktur jenderal
(44b) Seorang direktur jenderal mengatasi lima orang direktur
(44c) Lima orang direktur mengataskan seorang direktur jenderal
16.  Kesalahan Penulisan Kata depan
Kata depan, di, ke, dan dari terpisah dari kata yang mengikuti nya, kecuali jika beberapa gabugan kata yang sudah padu benar, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bentuk salah
(50) Dimana ada Ana, di situ ada Irin
(51) Ibu sedang memasak didapur
(52) Saya pergi kesana-sini mencarinya
(53) Mari kita berangkat kemasjid
Bentuk benar

(50) Di mana ada Ana, di situ ada Irin
(51) Ibu sedang memasak di dapur
(52) Saya pergi ke sana-sini mencarinya
(53) Mari kita berangkat ke masjid
Kata – kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
a.       Daripada
b.      Kepada
c.       Kesampingkan
d.      Dikeluarkan
e.       Kemari
f.       Kemarikan

17.  Kesalahan karena Pleonasme
Kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada daerah morfologi karena pada kalimat berunsurkan kata-kata. Itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya karena pleonasme atau kalimat mubazir. Untuk mengetahui kesalahan karena pleonasme diperlukan pengertian apa itu pleonasme. Pleonasme dapat disebabkan oleh ketidaksengajaan penulis atau pembicara dalam menyampaikan kalimat, ketidaktahuan penulis atau pembicara dan makna dan berlebih-lebihan dalam kalimat yang disampaikannya, atau kesenjangan penulis atau pembicara menyampaikan kalimat tersebut dengan maksud penekanan pada arti (intensitas).
Beberapa contoh Bentuk Kesalahan Pleonasme
a.       Bentuk pada frase turun ke bawah dan frase jauh sekali
misalnya:
(54) Tunggu ya, sebentar lagi saya turun ke bawah.
(55) Jangan pergi terlalu jauh sekali ya, nanti tersesat.
Perbaikan
(54) Tunggu ya, sebentar lagi saya  ke bawah.
(55) Jangan pergi terlalu jauh ya, nanti tersesat.
Bentuk jamak
Perhatianlah penggunaan kata berbagai, para, dan banyak pada kalimat (56) hingga (58) berikut.
Bentuk salah
(56) Menteri luar negeri akan mengunjungi berbagai Negara – Negara sahabat.
(57) Para duta – duta besar diharapkan dapat mempromosikan produk Indonesia diluar negeri
(58) Manyak tombol – tombol yang dapat digunakan
Bentuk benar
(56a) Menteri luar negeri akan mengunjungi berbagai Negara sahabat.
(57a) Para duta besar diharapkan dapat mempromosikan produk Indonesia diluar negeri
(58a) Banyak tombol yang dapat digunakan
Bentuk sangat atau sekali (superlatif)
Misalnya:
Bentuk salah
(59) Gadis itu sangat cantik sekali
(60) Baju itu sangat mahal sekali
(61) Penderitaan yang dialami amat sangat memilukan
Bentuk benar
(59a) Gadis itu sangat cantik
(59b) Gadis itu cantik sekali
(60a) Baju itu sangat mahal
(60b) Baju itu mahal sekali
(61a) Penderitaan yang dialami amat memilukan
(61b) Penderitaan yang dia alami sangat memilukan
d. Bentuk Resiprokal
bentuk salah
(62) Tentara dan gerilyawan saling tembak – menembak di tepi hutan.
(63) sesame pengemudi dilarang saling dahulu – mendahului.
(64) dalam pertemuan itu para mahasiswa dapat saling tukar – menukar informasi.
Bentuk benar
(62a) Tentara dan gerilyawan saling menembak di tepi hutan.
(62b) Tentara dan gerilyawan tembak – menembak di tepi hutan.
(63a) Sesama pengemudi dilarang saling mendahului.
(63b) Sesama pengemudi dilarang dahulu – mendahului.
(64a) Dalam pertemuan itu para mahasiswa dapat saling menukar informasi.
(64b) Dalam pertemuan itu para mahasiswa dapat tukar – menukar informasi.
Bentuk namun demikian
Misalnya:
Bentuk salah
(65) Namun demikian, situasi tahun ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu dalan soal sumbang menyumbang PON.
Bentuk benar
(65a) Namun, situasi tahun ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu dalan soal sumbang menyumbang PON.
(65b) Walaupun demikian, situasi tahun ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu dalan soal sumbang menyumbang PON.
Bentuk namun demikian merupakan bentuk rancu dari kata namun atau walaupun demikian. Mungkin orang mengira bahwa arti namun bersinonim dengan kata walaupun. Padahal yang benar adalah kata namun bermakna ‘tetapi’, sedangkan walaupun bermakna ‘meskipun’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) kata namun mengandung arti ‘walaupun demikian’ atau’meskipun demikian’.

Simpulan
Kesalahan pada daerah morfologi berhubungan dengan tata bentuk tata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan pada bentuk morfologi berhubungan derivasi, diksi, kontaminasi dan pleonasme (Pateda, 1989:53). Kesalahan yang berhubungan dengan derivasi, di antaranya kesalalahan yang terkait afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Kesalahan yang ada kaitannya dengan afiksasi berupa penambahan prefiks, infiks, sufiks, atau simulfiks (konfiks). Kesalahan tersebut seperti:
1. Penulisan Prefiks meN-
2. Penulisan Gabungan Prefiks meN- dengan Sufiks –kan
3. Penulisan Prefiks ter-
4. Penulisan Gabungan Prefiks di- dengan Sufiks –kan
5. Penulisan Sufiks –wan
6. Penulisan Prefiks ber-
7. Pemakaian Sufiks –ir
8. Pemakaian Sufiks –an
9. Pemakaian sufiks –kan
10. Pemakaian Sufiks –asi atau –isasi
11. Pemakaian Sufiks –nya
12. Pemakaian Simulfiks ke-/-an
13. Pemakaian Simulfiks per-/-an
14. Pemakaian Simulfiks peng-/-an
15. Pemakaian Gabungan Prefiks meng- dengan Sufiks –i
16. Penghilangan Prefiks meN-
17. Kesalahan penulisan kata depan
Pleonasme dapat disebabkan oleh ketidaksengajaan penulis atau pembicara dalam menyampaikan kalimat, ketidaktahuan penulis atau pembicara dan makna dan berlebih-lebihan dalam kalimat yang disampaikannya, atau kesenjangan penulis atau pembicara menyampaikan kalimat tersebut dengan maksud penekanan pada arti (intensitas).

Daftar Pustaka
Markhamah dan Sabardila, Atiqa. 2010. Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. Solo: Jagat Abjad.